TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Tulisan  ini merupakan tugas matakuliah Ilmu Kealamiahan Dasar dari mahasiswa,  sedikit banyak pasti ada kekurangan. Jika ada komentar silakan diisi  pada form komentar. Semoga bermanfaat.
=========================================
A. TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
1. Teori Ledakan Besar (Big-Bang Theory)
Teori Big Bang yaitu teori yang bisa  diterima secara ilmiah sekarang untuk menjelaskan asal mula terbentuknya  alam semesta (universe).Teori ini berbunyi:
“ Alam semesta diciptakan kira-kira  15.000.000.000 (lima belas milyar) tahun yang lalu,kejadiannya berawal  dari meledaknya atom prima atau atom awal (Primeval Atom).  Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya  seluruh isi (Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”
Dengan dasar teori Big Bang itu, para  ahli sekarang berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu  ke waktu, dimulai dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat  memperkirakan bagaimana bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti,  contohnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga yang paling dekat yaitu Galaksi Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan bertabrakan.
2. Proses Terbentuknya Alam Semesta
Setelah terjadinya ledakan (big Bang),  terjadilah semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta  dipenuhi oleh bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari bola-bola  api inilah kemudian terbentuk partikel-partikel dasar dan muatan-muatan  energi, dari muatan-muatan energi ini kemudian terbentuk daya-daya  kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan alam yang diperkirakan pertama  kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian daya nuklir serta daya  electromagnetis.
Partikel-partikel dasar yaitu elektron,  photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk kemudian  membentuk proton dan neutron. Selama masa ini sebagian besar energi  masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus mengembang dan  perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom hidrogen,  helium dan litium mulai membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta mulai  memasuki tahap suhu yang cukup dingin sehingga partikel-partikel  elektron yang bermuatan negatif dapat berkait dan menyatu dengan  inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan positif untuk kemudian  membentuk atom-atom yang netral.
Karena alam semesta terus membesar, kepadatannya otomatis semakin berkurang dan suhunya juga semakin mendingin.
Proses pengembangan alam semesta terus  berlanjut dengan tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai  mempengaruhi tingkat kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big Bang,  sehingga menciptakan gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan  ini semakin memadat, inti gumpalan gas tersebut juga bertambah padat  berlipat-lipat dengan suhu yang juga terus meningkat panas sampai  akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah bintang. Saat semua  kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok  bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang  (galaksi). Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya  planet, bintang serta galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran  tahun.Seperti halnya proses pembentukan bintang-bintang yang lain,  bintang kita, yang kita kenal dengan nama Matahati (sun) juga terbentuk  dari gumpalan atau kantong awan gas. Gumpalan awan gas yang berbentuk  piringan yang sangat luas ini beterbangan berputar-putar. Bagian  tengahnya mulai padat dan memanas untuk kemudian menyala menjadi bintang  sementara materi sisa disekelilingnya saling bertumbukan, menyatu dan  menggumpal membentuk planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi yang  merupakan bagian kecil dari material yang menggumpal ini menjadi planet  ke tiga. Dengan suhunya yang relatif lebih dingin, memungkinkan  terbentuknya atmosfer pendukung kehidupan.
3. Pendukung Teori Big Bang
Teori Big Bang ini diajukan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1927, dia adalah seorang pendeta sekaligus ahli matematika dari Belgia.
Bertahun-tahun kemudian, Edwin Hubble  menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta ini semuanya  bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan kecepatan yang sangat tinggi  atau dapat dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah.  Apa yang dikemukakan Hubble ini menguatkan teori Big Bang-nya Lemaitre.
Teori Big Bang juga memprediksikan bahwa  ledakan Big Bang telah meninggalkan seberkas cahaya radiasi  (“background” radiation) dan pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert  Wilson berhasil menemukan radiasi pertama ini, persis seperti yang  diprediksikan dalam teori Big Bang.
4. Terbentuknya Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun  kemudian, bentuk materi masih berupa gas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini  selanjutnya bintang-bintang berukuran sangat besar mulai terbentuk  tetapi hanya berusia pendek karena kemudian meledak (supernova). Setelah  meledak gas-gasnya menggumpal lagi, menjadi padat, kemudian menyala dan  terbentuk bintang-bintang lagi yang berukuran lebih kecil, meledak  kembali, demikian terus menerus untuk beberapa kali sampai akhirnya  terbentuk materi-materi berat di inti bintang-bintang yang meledak.  Materi-materi padat inilah yang kemudian membentuk benda-benda di alam  semesta seperti yang sekarang ini seperti planet-planet dll bahkan  unsur-unsur pembentuk tubuh kita sebagian besar dari materi-materi berat  ini.
Jadi, materi-materi padat dibentuk di  dalam inti bintang melalui proses fusi nuklir (peleburan / penyatuan  materi nuklir) dan dimulai dari materi-materi ringan seperti hidrogen  dan helium. Sementara materi-materi yang lebih berat seperti karbon,  oksigen, nitrogen hingga besi dibentuk di dalam inti bintang karena  memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan. Materi-materi ini  terlempar ke luar angkasa saat bintang-bintang tersebut meledak.
B. HIPOTESIS “KEADAAN-STABIL”
Teori Dentuman Besar dengan cepat  diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Namun,  para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada gagasan  alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman  Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi  mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur  Eddington, yang berkata, “Secara filosofis, pendapat tentang permulaan  yang tiba-tiba dari keter-aturan alam sekarang ini bertentangan  denganku.
Ahli astronomi lain yang menentang teori  Dentuman Besar adalah Fred Hoyle. Sekitar pertengahan abad ke-20 dia  mengemukakan sebuah model baru yang disebutnya “keadaan-stabil”, yang  tak lebih suatu per-panjangan gagasan abad ke-19 tentang alam semesta  tanpa batas. Dengan menerima bukti-bukti yang tidak bisa disangkal bahwa  jagat raya mengembang, dia berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas,  baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut model ini, ketika jagat raya  mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam  jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam  “keadaan-stabil”. Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi sudah  ada sejak waktu tak terbatas”, yang merupakan basis filsafat  mate-rialis, teori ini mutlak bertentangan dengan “teori Dentuman  Besar”, yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan.  Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman  Besar selama bertahun-tahun. Namun, sains menyangkal mereka.
C. EVOLUSI ALAM SEMESTA
Naluri manusia selalu ingin mengetahui  asal usul sesuatu, termasuk asal-usul alam semesta. Berbagai hasil  pengamatan dianalisis dengan dukungan teori-teori fisika untuk  mengungkapkan asal-usul alam semesta. Teori yang kini diyakini  bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari ledakan  besar (Big Bang) sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu. Semua materi dan  energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi  yang berkerapatan tak berhingga. Tetapi ini jangan dibayangkan seolah  olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita kenal sekarang  ini. Yang benar, baik materi, energi, maupun ruang yang ditempatinya  seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi.
Tidak ada suatu titik pun di alam semesta  yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan  besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu  titik ke segenap penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam  turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya, seluruh alam semesta  mengembang tiba tiba secara serentak. Ketika itulah mulainya terbentuk  materi, ruang, dan waktu.
Materi alam semesta yang pertama  terbentuk adalah hidrogen yang menjadi bahan dasar bintang dan galaksi  generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah  unsur-unsur berat seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan  unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang merupakan salah satu  “akte” lahir bintang. Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur berat  berarti bintang itu “generasi muda” yang memanfaatkan materi-materi  sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun diyakini  berasal dari debu dan gas antar bintang yang berasal dari ledakan  bintang di masa lalu. Jadi, seisi alam ini memang berasal dari satu  kesatuan.
Bukti-bukti pengamatan menunjukkan bahwa  alam semesta mengembang. Spektrum galaksi galaksi yang jauh sebagian  besar menunjukkan bergeser ke arah merah yang dikenal sebagai red shift  (panjang gelombangnya bertambah karena alam mengembang). Ini merupakan  petunjuk bahwa galaksi galaksi itu saling menjauh. Sebenarnya yang  terjadi adalah pengembangan ruang. Galaksi galaksi itu (dalam ukuran  alam semesta hanya dianggap seperti partikel partikel) dapat dikatakan  menempati kedudukan yang tetap dalam ruang, dan ruang itu sendiri yang  sedang berekspansi. Kita tidak mengenal adanya ruang di luar alam ini.  Oleh karenanya kita tidak bisa menanyakan ada apa di luar semesta ini.
Secara sederhana, keadaan awal alam  semesta dan pengembangannya itu dapat diilustrasikan dengan pembuatan  roti. Materi pembentuk roti itu semula terkumpul dalam gumpalan kecil.  Kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain “ruang” roti sedang  mengembang. Butir butir partikel di dalam roti itu (analog dengan  galaksi di alam semesta) saling menjauh sejalan dengan pengembangan roti  itu (analog dengan alam).
Dalam ilustrasi tersebut, kita berada di  salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal  adanya ruang lain, karena pengetahuan kita, yang berada di dalam roti  itu, terbatas hanya pada ruang roti itu sendiri. Demikian pulalah, kita  tidak mengenal alam fisik lain di luar dimensi “ruang waktu” yang kita  kenal.
Bukti lain adanya pengembangan alam  semesta di peroleh dari pengamatan radio astronomi. Radiasi yang  terpancar pada saat awal pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun  karena alam semesta terus mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun  makin panjang, menjadi gelombang radio. Kini radiasi awal itu dikenal  sebagai radiasi latar belakang kosmik (cosmic background radiation) yang  dapat dideteksi dengan teleskop radio.
D. GALAKSI
Berdasarkan Hipotesis Fowler, galaksi  berawal dari suatu kabut gas pijar dengan massa yang sangat besar. Kabut  ini kemudian mengadakan kontraksi dan kondensasi sambil terus berputar  pada sumbunya. Ada massa yang tertinggal, yakni pada bagian luar dari  kabut pijar tadi. Massa itu juga mengadakan kontraksi dan kondensasi  maka terbentuklah gumpalan gas pijar yaitu bintang-bintang. Bagi yang  bermassa besar masih berupa kabut bintang. Dengan cara yang sama, bagian  luar bintang yang tertinggal juga mengadakan kondensasi sehingga  terbentuklah planet. Demikian juga bagian planet membentuk satelit  bulan.
Bima Sakti atau Milky Way, berbentuk  seperti kue cucur. Matahari kita terletak kira-kira pada jarak 2/3,  dihitung dari pusat galaksi itu sampai ke tepiannya.
Tata surya terdiri dari matahari sebagai  pusat, benda-benda lain seperti planet, satelit, meteor-meteor,  komet-komet, debu dan gas antarplanet beredar mengelilinginya.  Teori-teori yang mendukung terbentuknya tata surya, antara lain  Hipotesis Nebular, Hipotesis Planettesimal, Teori Tidal, Teori Bintang  Kembar, Teori Creatio Continua dan Teori G.P. Kuiper.
E. SUSUNAN TATA SURYA
Matahari kita dikelilingi oleh sembilan  planet. Empat buah yang dekat dengan Matahari disebut planet dalam,  yaitu Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Lima lainnya yang disebut planet  luar berada relatif jauh dengan Matahari dan umumnya besar-besar. Mereka  adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Anggota. tata. surya yang lain adalah:
1. Asteroida, berbentuk semacam planet  tetapi sangat kecil, bergaris tengah 500 mil, jumlahnya lebih dari 2.000  buah dan terletak antara Mars dan Jupiter.
2. Komet atau bintang berekor. Garis  edarnya eksentrik, perihelionnya sangat dekat dengan matahari, sedangkan  aphelionnya sangat jauh, berupa bola gas pijar seperti matahari.
3. Meteor, merupakan batuan dingin yang  terjadi akibat gaya tarik bumi sehingga masuk ke atmosfer menjadi pijar  karena bergesekan dengan atmosfer.
F. DESKRIPSI DAN MODEL ALAM SEMESTA
Kesan umum luas dan megahnya alam semesta  diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa  cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak  terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar  dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia  tentang itu memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam semesta pun  beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih  kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru  diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400  km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta  km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 ,  jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar  (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus  berlanjut antargenerasi.
Benda langit yang terdekat dengan bumi  adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di  bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode orbit  dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah  satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan.  Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada  tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit  sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di saat  fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi  cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang  berwarna warni.
Matahari sendiri adalah satu di antara  beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari  (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK)  yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya  bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan  cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak  dipergunakan manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas  pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak  pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang  Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova,  ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang  sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang  rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin  bersungguh-sungguh menekuninya.
G. BUMI DAN PLANET-PLANET LAINNYA
Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana  yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan spiritual manusialah  yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini; perjalanan  antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui  pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih terlalu kecil  dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari  1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi  yang tak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari  mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar  penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam pengembaraan  panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos hari  ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah kepada Tuhan  Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari lainnya adalah planet  Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto,  asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa  sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya  tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di  alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak dihuni  oleh kehidupan?)
Putaran demi putaran waktu berlalu,  kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri perlahan tapi  pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta  masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah  dikerahkan dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu  terus menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal manusia mendapatkan  fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom, planet, tata  surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas  galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam  dimensi panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas  fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21  manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang  Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada  dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu,  energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar.
Tentang rentang waktu alam semesta,  manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi di antaranya):  Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga 105  tahun, Zaman Bintang, (106 – 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi,  (1015 – 1039 tahun), Zaman Black Hole, (1040 – 10100 tahun), Zaman Gelap  ketika alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam  Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang  diketahui manusia (atas izin Allah), akhirnya manusia hanya bisa  berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya  sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal manusia bisa menggapai  penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari 1060 atau di  Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule),  energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima  Bumi sebesar 1022 Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun  sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium  sebesar 1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108  Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses  yang panjang.
terimakasih untuk sumber dari kang vandha.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
Cronin, Vincent, The View from Planet Earth: Man Looks at the Cosmos, New York:
Dr. Mawardi. Dkk. Buku IAD, ISD, IBD  Penerbit Pustaka Setia. See. Harun Yahya, The Evolution Deceit: The  Scientific Collapse of Darwinism and Its Ideological Background,  Istanbul, 1998.
Gal-Or, Benjamin, Cosmology, Physics and Philosophy, Springer Verlag, 1981, 1983, 1987, New   York.
Hawley, John F. & Katerine A. Holcomb Foundations of Modern Cosmology. Oxford University Press, Oxford: 1998
Hetherington, Norriss S. Cosmology:  Historical, Literary, Philosophical, Religious, and Scientific  Perspectives. Garland Publishing, New York: 1993.
Mustafa KS. Buku Alam Semesta dan Kehancurannya. Penerbit Percetakan Offcet.
William Morrow & Company, Inc., 1981, ISBN 0-688-00642-6
Roos, Matts Introduction to Cosmology. John Wiley & Sons, Ltd, Chichester: 2003.
0 Response to " "
Posting Komentar
Silakan isi Komentar sobat
dan gunakan kata-kata yang sopan.
Jangan nyepam ya n_n